Wednesday, September 30, 2015

cerita berbincang denganNya

Sebenarnya, keputusan untuk menulis disini sangatlah tidak bijaksana, melihat ada tumpukan tugas yang sudah menanti, tapi, tak apa lah. ya mungkin karena sedang butuh teman berbincang, tapi malas berbincang dengan yang biasa.

anyway, I survived the day! Ihiy, tidak survive-survive amat actually, tapi moment ini sudah gue tunggu dengan sangat amat ketar-ketir dari satu setengah bulan yang lalu, yak. apa itu? Panel Proposal.

Tadi pagi setelah nunggu hampir 2 jam dari jadwal sebenarnya di depan PK, akhirnya gue masuk ruangan sekitar pukul 13.20 WIB dan berhadapan dengan Mba Lina, Bu Tini dan Pak Akhyar ngomongin soal proposal gue, ya gitu lah, masih buanyak sekali yang harus diperbaiki.

Sebenarnya yang mau gue tulis disini bukan soal proposal gue ataupun tentang syarat revisi gue untuk dapat pembimbing, ya biarkan itu kerjaan puyeng-puyeng gue aja.

Gue mau mengucap syukur yang sangat amat mendalam, karena sekali dan sekali lagi, ini kesekian kalinya gue merasa seperti selalu berbincang dengan Allah, setiap kali gue ragu akan suatu hal, Allah pasti jawab dengan jalan apapun, nah ini yang selanjutnya.

Judul Rencana skripsi gue adalah *rahasia* disini gue harus sedikit belajar tentang Psikologi Kriminil, dan ketika mempelajari hal tersebut pastinya gue diperkenalkan dengan kulit super luar dari psikoanalisis. dan gue diperkenalkan dengan das es, das ich, das uber ich a.k.a Id, Ego dan Super Ego, yang membawa gue pada suatu kenyataan bahwa segala sesuatu yang terjadi disekitar seseorang apapun itu akan mempengaruhi kepribadian orang terssebut. Buku yang membimbing gue untuk memahami hal demikian menyuguhkan gue kisah-kisah sarat makna yang membuat gue memahami satu kalimat, yang membangkitkan kembali suatu kalimat lainnya.


Keadaannya makin lama makin buruk, gelisah dan ketakutan bila malam tiba, menyangka bahwa ia tak akan mungkin melihat lagi matahari keesokan paginya. Ia menceritakan kepada Hutschnacker bahwa penyakit itu dimulai ketika istrinya meningglkan dia dan mengambil suami lain. Ketika petani itu bercerita tentang peristiwa itu, ia kelihatan gemetar. Pada mulanya ia bermaksud hendak membunuh orang yang mengambil istrinya tetapi kemenakan petani itu berusaha menghalang-halangnya. Pada suatu hari petani itu telah siap dengan senjata api untuk melakukan niatnya, tetapi sekali lagi kemenakannya berhasil menggagalkannya. Dokter Hutschnaker bertanya kepada petani itu "Apa gunanya engkau bermaksud membunuhnya, karena dengan demikian engkau akan dihukum." Dengan cepat dan pucat wajah petani itu menjawab "Tanpa melakukan pembunuhan, sekarang juga aku telah terhukum, tersiksa dengan penyakit jantung yang sedang kuderita." Walaupun Hutschnaker telah berusaha mengatasi konflik jiwa yang telah menjelma menjadi penyakit jantung, namun ia merasakan kekecewaan dan kegagalanyang menghambat penyembuhannya. Pada akhir kisah ini, petani tersebut telah melakukan bunuh diri. 

Sometimes it's not the people who change, it's the mask that falls off. 


We'll never know what a thing would mean to someone
what an action actually affects other.
Atas apapun itu, semoga masih diteguhkan untuk berusaha



Make a habit of two things, to help or at least to do no harm

Saturday, September 5, 2015

Untuk minggu pertama:

Kerja jadi Lawyer harus bermodalkan telinga dan mulut yang super terlatih untuk pandai memilah dan memilih informasi. 


Biar kuping ga kaget-kaget amat mengetahui fakta yang super duper menakjubkan sampai menggelikan, dan, congor ini ga gatel untuk cerita kesana kemari.


I most warmly thank you for ur consideration, Bang, Mba!
Udah melalang buana kesana kemari, masih aja mau ngajarin dedek-dedek kepo minim referensi ini.
Such a most mustbe grateful for thing!

Alhamdulillah.


p.s.: maaf bang fariz gue suka budek :(