3 Whats in 30 Days #1
Assalamualaikum Wr. Wb
Bagaimana puasanya hari pertamanya teman-teman sekalian? Sekarang tibalah gue melaporkan daily report Ramadhan gue dalam postingan ini seperti yang sudah gue janjikan pada diri gue sendiri sebelumnya.
Sebelumnya ada hal yang harus gue curhatkan terlebih dahulu, tbh gue hari ini tidak berpuasa, dan yang pasti you-know-why lah. Cuma masalahnya ini agak sedih, eh tapi gue juga tidak punya hak untuk sedih. Sejatinya hari ini adalah hari ke-7 gue datang bulan di bulan ini. Secara empiris sesuai dengan pengalaman yang dikaitkan dengan berbagai teori durasi datang bulan sejatinya gue belum bersih sepenuhnya dan kemungkinan haid gue untuk keluar lagi di hari ke-7 sangat besar. Dan tadaaa, bener aja ketika tadi sore gue ke kamar mandi untuk pipis sebelum ambil wudhu buat sholat ashar diriku mendapati si reddy itu. Agak gimana-mana gitu ya karena hari sudah sore, ya tapi mau gimana gue pun sejatinya sudah tau bakal terjadi hal seperti ini, cuma ya gue gatel aja pengen puasa, kan hari pertama, ngga seru aja kalau ditanya orang puasa atau ngga udah jawab ngga, kan gaasik.
Yaudahlah ya semoga hikmah puasanya tetap bisa gue ambil dan bisa menjadikan diri gue lebih baik lagi ke depannya, dan tidak berpuasa bukan berarti gue kehilangan Ramadhan gue kan ya, dan juga bukan berarti gue kehilangan kewajiban gue untuk nulis daily report ini, yuk cus langsung aja.
What I Read Today
Setelah hari Selasa kemarin gue ke toko buku dan membeli dua buku, akhirnya gue hari ini menyudahi bacaan gue yang merupakan salah satu buku yang gue beli hari Selasa tersebut, bukunya agak standar si sebenernya bukan buku yang gimana-gimana gitu (loh kok jadi review buku gitu) tapi nampaknya gue seterusnya bakal menjadikan subjudul ini layaknya review buku ini. Judul bukunya adalah Gandhi The Man karya Eknath Easwaran. Yang bikin akhirnya gue tertarik beli buku ini adalah sinopsis di belakang bukunya disitu tertulis "betapa mengejutkan melihat seorang Gandhi, mentransformasi dirinya dari seorang pengacara muda yang malu-malu menjadi seorang Mahatma, jiwa yang agung." tbh dari berbagai sumber yang sempet gue baca sekelabat soal Gandhi gue ngga tau kalau Beliau adalah seorang pengacara (ehehe mohon maaf) yang gue cukup tahu adalah Beliau tokoh non-violent dan quote yang paling gue suka dari Beliau adalah "Make a Habit of two things: To help or at least to do no harm." yang sejak sekitar dua tahun lalu jadi motto hidup kedua gue setelah Khairunnas anfa'uhum linnas. Ketika tahu kalau Gandhi dahulu seorang pengacara yang malu-malu (highlighted di kata "malu-malu"-nya) gue merasa harus baca nih buku, karena tbh sekali lagi, selama 6 semester kuliah di FHUI gue ngga ngerasa sudah cukup percaya diri untuk ngomong di depan publik terlebih soal opini hukum gue, ya kalaupun ngomong opini hukum depan temen-temen masih oke, sama experts? lah sama senior aja gue gemeteran, ehehe. Dan kata-kata "......mentransformasi dirinya......" semakin mewajibkan gue untuk baca buku ini. Di awal-awal baca, gue sempet senyum-senyum sendiri, karena dari banyak paragraf di bab-bab awal gue ngerasa Ghandi itu gue banget (btw bukan di poin dia pengacara malu-malu), di poin apa tebak? Gandhi rupanya tipe orang yang humoris dan suka untuk membuat orang sekitarnya tertawa bersama dia, kayak he loves to make everyone laughs gituu, bahkan di beberapa cerita, banyak orang tertawa karena kesalahan dirinya, dan beliau pun ikut tertawa tanpa merasa sakit hati (ya iyalah, doi hatinya bersih banget kayaknya huhu), di poin ini gue ngerasa ini gue banget (ya gitu lah, amles jelasinnya). Tapi sebenernya gue agak kecewa sama buku ini karena yang paling gue ingin tahu yaitu soal ,transformasi Beliau dari pengacara malu-malu menjadi Mahatma, tidak terjawabkan. Buku ini hanya bermain di tataran filosofis perjalanan hidup Gandhi dengan prinsip Ahimsa dan Satyagraha-nya, tetap bagus memang, tapi gue (as anak hukum yang selalu ditanya "dasar hukumnya mana?") menilai tidak ada sisi teknis yang dijelaskan buku ini karena buku ini tidak menyertakan bukti-bukti fakta yang jelas (hanya melalui foto dengan penjelasan minim). Dan yang paling penting si dari kekecewaan gue ya itu i didnt get what you said ".....seorang Gandhi, mentransformasi dirinya dari seorang pengacara muda yang malu-malu menjadi seorang Mahatma......"
Where in the world is that "transformation", huh?
Any recommendation, then?
What Makes Me Smile Today
Subjudul ini akan jadi subjudul baper (a.k.a. bawa perasaan) karena ini berkaitan dengan orang tua gue, Mama Papa, para makhluk super taat, pejuang kesayangan, segalanya, paling suka ngeselin tapi kutak sangguh kehilangan kalian (ini aja udah baper). Lebih tepatnya ini soal Papa yang berkaitkan dengan mama. Papa orangnya memang lucu, dia suka ngobrol banyak hal sama anaknya sama semua orang juga, tapi ngga pernah ngobrol soal dirinya sendiri sama orang lain. Jadi kita bisa tahu papa gimana-gimananya lewat tindakan dia kepada orang lain, dan ini yang gue dapatkan. Sejatinya gue tidak ada ditempat kejadian, gue diceritain Uni Vivi soal ini, suatu sore Mama, Papa, Uni habis pergi gitu, sudah mau dekat rumah mereka berhenti di minimarket, untuk beli sesuatu, saat itu mama baru aja tertidur, alhasil mobil diparkir depan mini market dengan mesin dan ac yang masih menyala dan mama di dalamnya. Masuklah Uni dan Papa ke dalam minimarket ini, beberapa menit masuk Papa baru menyadari bahwa kaca jendela mobil tertutup semua (ini gaboleh ya, lihat disini), Papa panik dong dia bilang ke Uni, "Eh itu gimana mama, kenapa-kenapa ngga ya?" "Gapapa, Pa sebentar aja." "Eh beneran ngga papa?" Dan beneran mereka se-sebentar itu, langsung balik ke mobil dan alhamdulillah mama okay. dicentilin dong sama Uni "Sayang banget Pa sama mama." dan ini yang bikin baper, papa jawab ini "Ya iyalah, kalau mama ngga ada nanti Papa sama siapa lagi." diceritain ini gue langsung menitikan air mata, bukan gegara sweet-nya omongan Papa. Subhanallah, semenjak anak-anak Papa Mama gede kesana, kemari punya kehidupan masing-masing, dan rumah jadi sepi banget Mama Papa ngga pernah ngeluh kesepian sama sekali, gue juga inget papa pernah bilang pake bahasa padang "kok dikapik taruih nyo da ka jadi urang." yang artinya kalau anak-anak ngga boleh kemana-mana dia ngga akan berkembang. Gue ngga pernah kepikiran kalau mereka berjuang satu sama lain saling mengisi kekosongan semenjak ditinggal pergi anak-anaknya untuk berkembang dengan jalannya yang dimau, asli, gue ngga pernah kepikiran sampai kesitu kalau mereka bisa sebegitu dewasanya menerima hidup kalau memang pada akhirnya anak-anak mereka harus dilepas dan mandiri, ngga tinggal sama mereka lagi, subhanallah, ngga pernah keluar dari mulut mereka sekalipun soal tuntutan kepada anaknya untuk tetap disini berbuat ini-itu untuk mereka. Ya Allah, gue harus banyak-banyak bersyukur punya Papa Mama yang seperti ini, you mean the world for me, Pa Ma, Subhanallah.
What I've Done Today
Sebenernya hari pertama ini gue ngga melakukan hal-hal apapun yang berarti, harusnya ada rencana tertentu gitu yang harus gue lakukan, tapi harus gue pending karena kesalahan gue sendiri ehehe. Tapi akhir-akhri ini (semenjak gue sering banget nginep di Sawangan, aka Rumah Uni) gue mulai mencintai peran gue di rumah ini, yaitu sebagai Lullaby Singer untuk Numan bebi bala-bala keponakan hensem yang paling ucul sejagat. Dua hal yang gue pelajari dari tugas baru gue ini adalah Konsistensi dan Inovasi. Boboin anak kecil yang masih bayi menurut gue ngga mudah, karena dia belum bisa diajak ngobrol dan kita juga ngga paham apa yang dia mau. Pelajaran konsistensi ketika boboin Numan sebenernya sudah gue serap sejak lama, karena memang membuat Numan tertidur itu butuh waktu yang cukup lama dan panjang karena dia sekarang lagi aktif-aktifnya, dia terlihat sayang sama waktunya kalau harus digunakan untuk tidur, walaupun dia sudah mengantuk. Biasanya gue konsisten selama hampir 30 menit gendong Numan sambil goyang-goyang dan mengeluarkan suara-suara aneh dari mulut gue, kemudian dia terhipnotis dan akhirnya terlelap. Beberapa hari yang lalu gue mendapati hal demikian sudah tidak manjur lagi, Numan malah jadi nangis terus setiap kali mau tidur, gue selalu melakukan hal itu, apalagi kayaknya dia tau gitu ketika gue gendong pasti dia harus bobo. Singkat cerita pada suatu malam, Numan nangis-nangis terus ga bisa bobo, mamanya bingung gue pun juga, akhirnya gue beraniin diri aja buat ambil dia, gue ajak dia ngobrol ke dapur liat atap dapur, gue tanya ke dia "Numaan, numan liat cicak ngga?, cicak mana cicak?" saat gue ajak ngobrol itu dia diem terus dia ikutan liat atap seperti berpikir juga dimana cicaknya. Saat itu gue berpikir bahwa sebelum boboin Numan seharusnya gue bikin dia nyaman terlebih dahulu, jangan ucluk ucluk memberikan gerakan yang nyuruh dia bobo, seolah-olah dengan nangisnya dia kita jadi keganggu banget, sedih juga kalau dia merasa kayak gitu, dan malam itu dia berhasil bobo setelah kita ngomongin cicak (ihiy). But, hari ini gue mengaplikasikan si cicak itu lagi, tapi gagal. to conclude, gue harus beinovasi.
babhay.
Janlup sahur nanti ya!
Labels: Ramadhan 2015