Mungkin kalau bisa
dibilang, seminggu ke belakang atau mungkin sebulan ke belakang adalah titik
terendah dalam hidup saya. Saya berpikir hidup saya seakan tanpa value dan sama sekali tidak bermanfaat
untuk orang lain, sedangkan di satu sisi saya seperti kehabisan ide untuk
menjadi bermanfaat, seperti kehabisan motivasi mau bagaimana lagi, tidak tahu,
dan habislah diam disini, tidur.
Di lamunan
tersebut saya berpikir lagi dan lagi, kembali mengenal diri saya, tentang siapa
saya, apa yang mau saya tuju, dan hal apa yang saya gunakan untuk mendefinisi
diri saya sendiri, Sesekali saya melihat orang lain yang begini begitu,
kemudian mulailah muncul dalam diri saya rasa iri kepada nasib orang lain,
mengutuk semua hal yang terjadi dalam diri saya, seakan saya adalah orang yang
paling menderita di muka bumi ini.
Segala jenis hal
seakan sudah saya coba, mulai dari hal yang saya sukai, yang awal-awalnya masih
benar-benar saya kunci kemurniaanya, sampai hal yang "not my
thing" akhirnya saya lakukan, tetapi semuanya nilih, dan
menjadikan saya merasa semakin kerdil, impoten, dan tidak memiliki
potensi.
Saya mulai
menghidar dari orang-orang yang mungkin akan mempertanyakan nasib saya dan
cita-cita saya, yang semenjak sebulan yang lalu sudah malas saya
pikirkan.
Namun, hari ini
seolah berbeda, entah karena apa, saya mengikhlaskan diri saya untuk bertemu
dengan kakak sepupu saya yang sudah tidak saya temui sekitar dua bulan.
Awalnya memang seperti
dugaan saya, mereka mempertanyakan hal yang saya takuti, namun kemudian
perbincangan berlanjut ke hal yang sebelumnya tidak saya ketahui, karena
keapatisan saya, ternyata sepupu saya sedang mengalami masalah dalam bisnisnya,
ia kemudian menanyakan beberapa hal yang ia harap saya mengetahuinya.
Seketika waktu menjadi begitu saya syukuri. Detik-detik tersebut menjadi waktu terbaik dalam hidup saya selama satu bulan ini, seketika saya merasa apa yang saya lontarkan dari mulut saya, buah dari perjuangan saya selama ini, bermanfaat untuk orang lain, waktu tersebut menjadi sangat bernilai bagi saya, saya begitu bersemangat menuangkan pemikiran saya yang kemudian disambut angguk manis dan diskusi hangat oleh kakak sepupu saya.
Dan, saya kembali
melihat senyum itu.
Senyum yang membuat saya
kembali berani bermimpi.
Tidak, saya tidak berada
di titik nadir.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home