Kasanova
Part 1
Senyum.
Dia tersenyum di hari Minggu itu, bukan senyum yang sebenarnya. Senyum yang diseringaikannya adalah senyum yang berbeda. Senyum penutup air mata yang semalam tak terelakkan.
Siapa yang tak akan menangis semalaman, ditinggal idola pertama dan abadi sepanjang hidup.
Menurutnya, tak apa semalam air mata ini tak henti bercucuran. Tetapi, hari ini, di tengah mata-mata lain yang tak henti mengucurkan air, dia memaksa matanya untuk tak berair sedikitpun untuk menguatkan.
Senyum tersebut jelas senyum yang berbeda, senyum penuh pesan yang bersuara, menyuarakan pesan bahwa tak akan ada yang bisa mengelakkan garisNya. Senyum yang secara besar menerima nyata di hadapan mata bahwa dia ataupun kita hanyalah pemain peran di lakonNya.
Senyum yang tak lupa mengucap doa dan keyakinan bahwa apapun yang terjadi sekarang adalah apa yang seharusnya terjadi sekarang.
Dia yang tersenyum tersebut, lewat senyum yang berbeda itu berusaha membangkitkan bahagia dalam hal apapun karena dia percaya setiap hal yang terjadi pasti selalu menyisipkan sesuatu untuk disyukuri.
Mungkin dia berpikir senyum ini pantas diseringaikan, bentuk bangkitnya bahagia untuk disyukuri melihat banyak dari kita berdatangan.
Oh, bagaimanapun dia, dia memang pandai membangkitkan bahagia, apalagi bahagia untuk dia yang dekat dengannya dan kita.
di hari Minggu itu dia tersenyum, senyum penutup air mata yang semalam tak terelakkan
Labels: Fiksi Alternatif
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home