Saturday, May 30, 2015

Senyum Kedua

Ingat tidak waktu itu aku pernah marah karena kamu senyum?
Saat itu aku sangat kesal karena senyummu sungguh bahagia, senyum yang semua gigimu terlihat dan semangatmu untuk memulai hari itu terlihat begitu membara.

Kali ini aku lihat lagi senyum itu.
Kalau yang sebelumnya hitam-oranye tampak bagus, yang sekarang biru-toska juga indah.

Dan aku juga marah lihat senyummu yang kedua ini.
Aku memang payah, tidak senang lihat kamu tersenyum.


Labels:

Wednesday, May 27, 2015

Pasca Hari Kemarin

Jika tadi aku sempat kembali bertanya lagi, mengapa kamu demikian, itu wajar bukan?
Baru saja tadinya aku pikir diriku salah dan bodoh.
Iya memang salah dan bodoh, itu untuk sekarang.
Waktu kemarin? Aku sungguh berpikir itu yang terbaik bagiku, untukmu.


Jadi sekarang yang aku tanyakan, bukan! aku harus berani menyatakan.
Kalau kamu telah bersungguh-sungguh berpikir untuk apa yang kamu lakukan sekarang.
Setahuku, kamu jauh lebih sering benar dari pada aku, kalau aku sekarang menyesal, semoga kamu tidak akan menyesal untuk yang ada sekarang.

Aku percaya.
Jangan lakukan yang sama, aku mohon. Jangan. Terlalu sia-sia, jika nantinya seperti ini, akan ada yang rapuh lainnya, aku contohnya.
Niat tulus itu harus terwujud, harus!



Aku selalu lupa, atau pura-pura lupa untuk ini.
Maaf, aku jadi bagian noda di niat tulus itu, maaf.

Jadi bagian? Iya, konsensualisme.


Astagfirullah.






Kembali lakukan karenaNya, sis.

Labels:

Saturday, May 16, 2015

Ikhlas, Na.

Kalau kemarin aku menulis hal ini, mungkin hasilnya akan berbeda.

Karena kata orang dont post anything when you were angry, aku lakukan itu, karena aku yakin semua tidak akan baik ketika kita sedang marah.

Sebenarnya ini bukan kali pertama aku marah karena hal ini, ini sudah kesekian ratus kalinya. Seperti biasa, aku marah kepada mama, karena apa? karena mama tidak mau dengar kata-kataku yang menurutku baik untuknya. Iya, selalu ini yang aku katakan untuk memulai cerita sejenis ini.

Sebelumnya aku tidak pernah menulis tentang mama, tentang aku, dan apa yang melekat pada kami, karena aku pikir aku masih sanggup menutupi hal ini, dengan cerita-cerita lainnya tentang hal lainnya.

Ketika pada akhrinya aku menceritakan hal sejenis ini pada orang lain, ujung-ujungnya aku menutupi hal ini, yang hendak aku sampaikan.

Ketika aku berumur 11 tahun tepatnya kelas 5 SD, aku masih ingat betul itu tanggal berapa, 17 Oktober 2005. Hari itu masih bulan ramadhan, kami sekeluarga harusnya sahur bersama, tapi hari itu berbeda, mama tidak ikut sahur, mama duduk terdiam di sebelah pintu kamarnya. Semua orang tampak begitu tidak biasa hari itu, semuanya mencoba bicara dengan mama. Aku pun melakukan hal yang sama, aku terus mencoba mengajak mama bicara, mata mama saat itu terbuka, ia mendengar suara, ia mengarahkan pandangannya ke arah suara yang mengajaknya berbincang, tapi tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mama, saat itu menjulurkan lidah saja sepertinya mama kesulitan.

Sampai akhirnya mama dibawa ke rumah sakit, dan siang harinya aku tahu mama terkena serangan stroke. Saat itu aku tahu itu penyakit jenis apa, penyakit yang sering jadi bahan becandaan orang-orang yang kata mereka nih nih mulutnya mencong kayak stroke. Biarlah, mungkin mereka tidak pernah ada di posisi seperti aku. Aku sepanjang hari, sepanjang hari-hari sebeneranya, hanya menangis, saat itu aku takut sekali, takut akan berbagai hal, tangisku mungkin berlanjut sampai sekarang.

Sejak saat itu semua berbeda, mama bukan jadi mama yang aku kenal sebelumnya, bukan mama yang suka bersolek di depan kaca melilit-lilikan jilbannya ke dalam leher, bukan mama yang setiap weekend ke Cikampek untuk bertemu kolega bisnis Telekomunikasinya, bukan mama yang suka membelikan aku baju selusin setiap bulannya, bukan mama yang tiap dua bulan sekali harus ikut penataran guru di luar kota, bukan mama yang seperti itu lagi.

Mama tidak pernah mengikuti terapi apapun, mama juga tidak berusaha mengembalikan dirinya untuk menjadi seperti dulu, yang aku tahu saat itu mama berpikir penyakitnya adalah karena ia jauh dari Allah dan ia diingatkan dengan sakitnya, jadi dia benar-benar meninggalkan kehidupan ambisiusnya setelah sakit, itu saja yang aku tahu, sisanya, entahlah.

Tapi sejak saat itu, ini menurutku, sekali lagi menurutku, mama jadi begitu egois, pemikirannya seperti anak-anak, ia tidak mau dengar perkataan anak-anaknya, untuk diberitahu hal kecil saja perlu sampai akibat buruk terjadi dahulu, baru dia melakukannya. Itulah yang membuatku selalu bertengkar dengannya, dan aku menangis.

Aku tahu kenapa aku begini terus. Entahlah, setiap kali aku berusaha memahami bahwa ini adalah bagian dari hidupku, aku marah. Aku butuh mama seperti mama kebanyakan, mama yang enak diajak berbincang, mama yang mengerti kehidupan masa kini, mama yang tahu anaknya butuh apa. Aku merasa ini tidak adil, sebab di seusaiku sekarang Uni Vivi berkesempatan punya mama yang demikian, mama yang dibutuhkan anak perempuan kebanyakan, aku?


Itu yang membuatku marah dan menangis kemarin hingga akhirnya aku tersadar.

“Kayaknya dulu awal-awal sakit mama ngga gini-gini amat, Un. Emang bisa ya tambah parah?”

“Ya bisa lah, mama kan juga udah tua, 56 tahun, juga setelah sakit ngga dilatih apa-apa, ya jadi begini.”

“Jadi bisa tambah parah?”

“Ina, apa pun yang ada saat ini, ini yang terbaik menurut Allah, semua kan ada masanya, masanya dulu mama sukses dimana-mana, coba terus begitu, mama mungkin ngga disini, kemana-mana, tetap percaya aja ini yang terbaik dari Allah.”


Iya, semua ada masanya.
Bismillah, sekarang masanya aku sadar bahwa semua ada masanya.

Ikhlas, Na.

Labels:

Thursday, May 14, 2015

Kasanova

Part 4

Dunia

"Kita pergi ke Roma, masuk colosseum, liat matador memainkan kain merahnya."

"Tidak lupa ke Belanda ya, ambil tulip"

"Loh emang tulip? yakin?"

"Lah iya dong, kan lambang negaranya tulip."

"Oh iya deh, buat apa?"

"Buat foto aja."

"Yeee, kalau gitu bukan diambil."

"Tunggu-tunggu, Swissnya belum, naik kereta, lihat padang rumput hijau."

"mmm ngga beli jam aja?"

"Oh iya deh boleh."

"Sebelumnya kita ini udah ke Mekkah kan?"

"Yaudah lah, kan udah"

"Udah apa?"

"Udah siap-siap keliling dunia"





Bukan!
Aku sudah keliling dunia, sebelum akhirnya tertidur.









Labels:

i'll be here, not going
forever, holding on.



we sang, i'm singing.

I used to express everything by singing.

Labels:

Saturday, May 9, 2015

Kedua Kalinya, Mau Sampai Kapan?

Tadinya aku pikir aku menyesal melakukan hal itu, pikir pendekku demikian.

"Tau gitu aku tak akan mau disitu, buat apa juga."

Tapi ternyata salah, harusnya aku bersyukur memilih itu, akhirnya aku ditampar lagi oleh keadaan. 
Keadaan yang bilang kalo omonganku dan juga catatan-catatan kecil dalam setiap buku-buku kecilku adalah palsu. Itu cuma omongan dan kataan yang keliatannya bagus, tapi cuma jadi rongsokan angan-angan tanpa realisasi. 

Alhasil, tiba pada kesimpulan, ini-adalah-kedua-kalinya-aku-gagal-karena-hal-yang-sama.

bukan dua kali, yang kamu sadari baru dua, sisanya? mungkin kamu terlalu bodoh, kata cermin itu.



kamu tidak pernah berubah, lagi, katanya, ia menangis.




Labels:

Tuesday, May 5, 2015

Kita Apa ya?

"Jadi di tim gue ada couple gitu, mereka romantis banget deh."

"Romantis gimana?"

"Cowonya sweet banget, kalo lagi rolling terus cewenya salah, katanya dibisik-bisikin semangat ya ibu mau dipeluk?"

"Udah gitu doang? Emang itu romantis? Gue juga bisa gitu, semangat ya Maidina."

"Ih apaan si. Terus cewenya juga sering dielus-elus palanya." 

"Nih gue elus-elus."

*hening*

"Romantis dong kayak gitu? Romantis kan kita?"

"Kok ngga mau kalah gitu si lo?"

*hening*



Kita Apa ya?


cuma ngga mau saling kehilangan.






Labels:

Sunday, May 3, 2015

Terlalu banyak rindu hari ini.

Aku rindu kamu, orang yang waktu itu aku sebut Kasanova.

setelah mimpi kemarin siang.

tapi sekedar rindu tak apa kan ya?

di mimpi itu kamu bilang:

"Hush, pergi sana kamu, aku dapatkan yang terbaik dari dirinya, masa' aku tidak memberikan yang terbaik untuknya." kata kamu melepaskan gandengan tanganku dari tanganmu

Sedari awal aku tahu memang dia pasti memberikanmu yang terbaik dan yang pasti lebih baik dari versi yang terbaikku.

Benar saja, setelah kamu bilang itu (di mimpi) aku (di mimpi juga) terdiam, hening, seperti tertampar.


dan sekarang sekedar rindu tak apa kan ya?


semoga tak susah buat aku berlari sambil memperbaiki yang terbaik versiku.
tidak susah kok, aku masih selalu ditemaniNya, dan itu sangat cukup.

Labels:

Terima kasih, tim

Mungkin akan lebih baik jika semua dinyatakan secara jujur.

jujur, sebelum ini aku buka tipe orang yang pekerja keras. benar saja kan, liat saja coba apa yang sejatinya aku berikan kepada kalian, usaha apa yang benar-benar sekeras itu aku berikan kepada kalian. itulah aku, si pemalas.

jujur, aku bukan pribadi yang begitu suka untuk berlama-lama baca ini itu, kalo pun pada akhirnya aku baca ini, aku akan jadi orang pertama yang hanya diam, tak percaya diri, menilai orang, yaa orang itu pasti akan membicarakan itu, tak usah lah aku berbicara.

jujur juga aku setakut itu dengan kalian ketika itu. setakut itu. dan pada saat itu akhirnya aku memutuskan untuk jadi orang terdiam dan mungkin tersalah. dan benar saja kan.

dan pada saat itu tibalah pada satu kesimpulan, aku tahu tipe seperti apa aku.

kamu ingat kita pernah di obm belajar soal tipe-tipe orang ketika ada di sebuah kelompok?

tahu sifat yang ketiga?

itu aku.



Aku benar-benar tertampar dan jadi belajar, bahwa yang kita perlu dalam diri kita hanya untuk memberikan sebaik mungkin yang kita bisa, dan optimislah kita bisa. Jangan pernah rendah diri, karena semua orang hebat pasti pernah ada di titik tidak tahu. Jadilah untuk tahu, dan berusahalah.

Kalian buat aku tahu, tidak ada yang namanya keberuntungan disini.
yang ada

The harder you work the luckier you are.



coba kamu ingat ya sifat ketiga itu apa

Labels:

Aku rindu.

Akhirnya punya hari minggu seperti ini lagi, setelah hampir empat bulan hilang.
Tapi malah jadi sedih.

Jadi sedari tadi siang aku hanya menatap malas layar laptop. Ada tugas Case Study Report Praktik Hukum Pidana sebenarnya, ya tapi seperti biasa, jiwa deadliner ini selalu hingap, katanya mau berubah, tapi nihil.

Jadi aku utak atik berbagai link yang biasanya aku singgahi. Salah satunya, ups, harus jujur, karena aku bukan tipe orang yang senang untuk terlibat percakapan dengan orang yang aku kenal secara berlama-lama, i mean just like orang in relationship, jadi ketika got nothing to do dan pengen ngobrol tapi untuk sesuatu yang tidak esensial,omegle adalah solusinya.

Iya, tadi aku main omegle.
Lalu aku bertemu Walker, the who has the good belly and the tiny eyes.

Dia cukup ramah untuk berhadap dengan orang asia macam aku. Tapi itu ngga penting, yang penting adalah di akhir-akhir percakapan kami, Walker setelah memberikan nomer handphone yang aku bilang ngga mungkin aku bisa text, minta aku memberikan facebook account. But I'm not knid of person into it.

Dan akhirnya internet aku mati. kemudian kami terputus.

Karena memahami kata-kata terakhirnya ada meminta Facebook accountku, jadi ada hasrat untuk buka facebook. Akhrinya aku buka link facebook, dan masih untung , masih auto login di laptopku, karena aku sepertinya lupa email dan passwordku.

Dan kembalilah aku melihat home facebook, yang kayaknya sekarang lebih familiar dengan sebutan newsfeed ya, ya ngga tau lah.

Dan ini dia yang bikin baper aka bawa perasaan.
Aku seperti baisa mengecek laman profileku, ya ternyata Uni Vivi dan sepupuku lainnya, masih sering mentag namaku untuk postingan kekeluargaan mereka.

Tibalah dalam satu postinga, jujur aku lupa, sebenarnya ingat, tapi dahulu kala, dan di tanggal pastinya aku lupa. Mungkin pura-pura lupa.

Postingan itu mengenai ulang tahun keponakan keduaku, Kiyan.
Lalu aku baca comment salah satu sepupuku, katanya "papah kiyan kemana"  lalu aku jawab seketika "mati"

Tibalah hati ini rindu, akhirnya aku buka laman facebook milik ayah kiran.
Banyak moment yang dilewatinya ternayata, dan aku tidak tahu, atau tidak pernah diberitahu.

Jadi ingat dahulu, kita tinggal berdua disini menemani mama papa, karena Uni koas di Purwakerto dan Uda Bobi kulaih di Jatinangor

Aku masih SMA saat itu dan ayah Kiyan baru mulai bekerja. Kita sering tiap weekend begini menghabisakn waktu bersama, nonton film Missing Lyrics, yang mana dirinya malu-malu tidak jelas ketika ada adegan ciuman Hugh Grant dengan Drew Barrymoore.

Aku sering tertidur malam di dalam kamarnya, kemudian pagi-pagi diuir disuruh mandi, karena katanya kalau aku mau nebeng harus cepat. Waktu itu aku juga pernah dikata-katain "itu tuh dia yang paling mesum, pakai kacamata." <- yang ini biar aku saja yang mengerti.


Iya, sekarang aku setidak tahu itu tentangnya.
Sekelabat ingin menghubunginya, tapi..
Aku takut.


Takut buat semuanya tidak baik, seperti yang waktu itu pernah terjadi.
Mungkin memang seperti ini yang terbaik, aku rindu dan aku terdiam.


Aku rindu, Uda Dodi.

Labels: